TUGAS
VOKASIONAL
Perbandingan Pendidikan
Vokasi
antara Indonesia
dengan Singapore
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan keterampilan, atau
yang disebut pendidikan vokasi (vokasional), saat ini menjadi alternatif
pembelajaran yang diyakini mampu menjadi solusi dalam mengurangi jumlah
pengangguran. Hal itu disebabkan, konsep pendidikan yang lebih menitikberatkan
pada keterampilan (skill), dirancang dengan kurikulum yang mengasah
keterampilan, disiplin, dan konsep pesertanya tentang pekerjaan dan
kewirausahaan. Di samping keuntungan lain, yaitu alternatif pembiayaan dan
jangka waktu pendidikan yang relatif lebih cepat dan murah, jika dibandingkan
kuliah di Strata 1. Lulusannya diarahkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di
berbagai bidang usaha, tingkatan menengah (level admisnistrasi, staf,
atau supervisor), yang pada kenyataannya memiliki jumlah lebih
besar/kemungkinan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, ketimbang level atas
yaitu posisi para Manajer, dan Dewan Direksi.
Dalam
situasi sekarang ini, biaya pendidikan yang bertambah besar (berkali-kali
lipat) memang menjadi masalah utama bagi para orang tua yang ingin
menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi. Belum lagi ketika mereka lulus
nanti, tidak ada jaminan untuk anaknya bisa langsung bekerja, karena misalnya,
kompetensi yang dimiliki si anak dianggap belum memadai, perlu untuk dilatih
lagi. Atau, terkadang masih memerlukan pendidikan khusus dari asosiasi profesi
yang bersangkutan, untuk menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat
bekerja. Misalnya saja Sarjana Hukum, Sarjana Farmasi, atau Sarjana yang lain,
harus lulus pendidikan profesi dulu sebelum menjalankan profesinya.
Program
pendidikan vokasional, diharapkan dapat menjembatani dunia pendidikan
tinggi dengan dunia kerja dan kebutuhan pasar. Lulusannya harus siap pakai. Kualifikasi
lulusan pendidikan vokasi dapat diperhitungkan di pasaran, bahkan untuk jenis
pekerjaan tertentu (adm di bank, misalnya) lulusan pendidikan vokasi bisa
bersaing dengan lulusan dari S1, dan diterima. Pendapat bahwa gelar akademik
sarjana dipandang lebih berharga dibandingkan gelar Ahli Madya, sudah mengakar
dalam budaya masyarakat. Ini sudah saatnya diubah.
Perbedaan utama antara
pendidikan akademik dan vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai
lulusannya. Lulusan pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada
penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pendidikan Vokasi ?
2.
Perbedaan antara pendidikan
liberal dan vokasional ?
3.
Bagaimana perbandingan sistem
pendidikan vokasi di Indonesia dengan Singapore ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
pendidikan vokasi.
2.
Untuk mengetahui perbedaan
pendidikan akademik dengan pendidikan vokasi.
3.
Untuk mengetahui perbandingan
sistem pendidikan vokasi di negara Indonesia dengan negara Singapore.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan vokasional
merupakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan
orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan
vokasional, terkonsentrasi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of
learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan
vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan
keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan
dihadapinya.
Pendidikan kecakapan
hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan
jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan
masyarakat dan dunia kerja.
Pembekalan kecakapan
hidup secara khusus menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran
keterampilan fungsional dan kepribadian profesional. Disamping pembekalan
kecakapan hidup melalui mata pelajaran iptek dengan pendekatan tematik,
induktif, dan berorientasi kebutuhan masyarakat di wilayahnya.
Kecakapan hidup adalah
berbagai jenis keterampilan yang memampukan remaja-remaja menjadi anggota
masyarakat yang aktif, produktif dan tangguh. Departemen Pendidikan Nasional
mengkategorikan keterampilan-keterampilan ini menjadi empat kelompok yaitu
akademik, personal, sosial dan vokasional.
Pendidikan
vokasi adalah pendidikan tinggi yang
diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program
pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4, maksimal setara
dengan program pendidikan sarjana.
Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi.
Dikotomi antara pendidikan liberal dan pendidikan vokasi atau education
for life dan education for earning living selalu menjadi bahan
diskusi yang sangat menarik. Menjadi bahan diskusi yang menarik karena kedua
jenis pendidikan ini tidak bisa dipisahkan secara tegas (Finch &
Crunkilton). Dapat kami contohkan seperti selembar uang kertas yang memiliki
dua sisi berbeda. Menerawang satu sisi memunculkan bayangan disisi sebaliknya.
Dibulak-balik tetap harus berdampingan sebagai alat bayar yang sah. Jika hanya
ada satu sisi maka uang itu tidak sah lagi sebagai alat bayar. Demikian juga
dengan pendidikan vokasi dan pendidikan liberal/umum tidak bisa dinihilkan
salah satunya.
A. Perbedaan Pendidikan Liberal dan Pendidikan Vokasi
Paradigma pendidikan liberal tidak bisa lepas dari akar filosofisnya yaitu
positivisme. Konsep pendidikan liberal ialah pandangan yang mengedepankan aspek
pengembangan potensi, perlindungan hak-hak dan kebebasan (freedom).
Paham individualistik sangat kuat mempengaruhi paradigma pendidikan liberal.
Pendidikan liberal menekankan pada pemberdayaan individu.
Sedangkan paradigma pendidikan vokasi sangat berbeda yaitu menekankan pada
pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven).
Kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan
penyelenggara pendidikan dan kecocokan (match) diantara employee
dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan dan ukuran keberhasilan
pendidikan vokasi. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan vokasi dapat dilihat
dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian
bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya.
Pendidikan vokasi melayani sistim ekonomi, sistim sosial, dan politik.
B.
Pendidikan Vokasi di Indonesia
Pendidikan vokasional yang
berorientasi pada pembekalan kecakapan hidup merupakan bisnis inti dari
pendidikan nonformal. Penanaman penguasaan keterampilan vokasional memacu
kreativitas dan mengembangkan pemahaman peran individu dalam kehidupan sosial. Pendidikan vokasional di Indonesia
adalah seluruh pendidikan vokasional yang diselenggarakan di Indonesia, baik
itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan
di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia semua penduduk
wajib mengikuti pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
dan tiga tahun di sekolah
menengah pertama/madrasah tsanawiyah.
Dunia pendidikan Indonesia
terus berbenah, mengikuti perubahan jaman yang juga berlangsung sebegitu
cepatnya. Di tengah terpaan berbagai masalah sosial, ekonomi, maupun politik
yang berujung pangkal pada kegagalan pendidikan, penyelenggaraan proses
pendidikan tetap memunculkan inovasinya.
Program pendidikan diploma
yang menghasilkan sumber daya siap pakai menjadi senjata ampuh untuk menghadapi
persaingan global. Di kancah internasional, program vokasi menjadi andalan
berbagai bangsa untuk membangun keberhasilan sistem kerja berbasis
keterampilan.
Muara
akhir sekaligus tujuan dari keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tinggi
adalah terserapnya peserta didik ke pasar tenaga kerja selepas menyelesaikan
studinya. Demi menjawab tantangan dunia kerja yang membutuhkan tenaga kerja
trampil, tak dapat disangkal lulusan program pendidikan berbasis vokasional
sesungguhnya memiliki peluang lebih tinggi serta kesempatan yang lebih luas
untuk dapat memenangkan kompetisi tersebut.
C.
Pendidikan Vokasi di Singapore
Singapura adalah salah satu
negara macan Asia (di antara Hong Kong, Taiwan, and Korea). Area total yang
dimiliki negara ini hanya 692.7 km2, peraiaran: 10 km2,
daratan: 682.7 km2 dan populasinya sekitar 4,353,893. Selain
Singapore berhasil dalam perekonomiannya, juga sukses mengembangkan pendidikan
vokasional. Salah satu institusi yang menjadi kebanggaan dan terkemuka di
Singapura adalah Nanyang Polytechnic (NYP).
Pendidikan
teknik dan vokasional memperoleh tempat dalam masyarakat. Pendidikan ini merupakan
indikator penting bahwa Singapore mengarah pada proses modernisasi. Kemudian,
pendidikan bagi orang dewasa merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan
Singapore. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas orang-orang dalam
masyarakat dan secara langsung akan menumbang pada pengembangan sosio ekonomis
penduduk.
Untuk
memperoleh guru-guru yang bermutu maka pemerintah mendorong lulusan sekolah
menengah yang berbakat untuk memasuki lembaga pendidikan guru. Hal ini juga
terdapat perbedaan persepsi dimana kalau di Indonesia, para pelajar, apalagi
yang berotak cerdas, kurang terosebsi untuk menjadi guru, kecuali berlomba
untuk memperoleh pendidikan di universitas bergengsi di Pulau Jawa.
Guru-guru
di Singapura, sekolah dasar dan sekolah menengah, memperoleh pelatihan dan juga
pendidikan di universitas, program pasca sarjana dan junior college. Sekolah
sekolah sangat memperhatikan kegiatan ekstra kurikuler seperti organisasi murid
(osis), event olah raga, study tour, dan sebagainya. Pada
sekolah menengah ada mata pelajaran wajib dan mata pelajaran elektif.
Tentang
kurikulum dan metodologi pengajaran di Singapore, berpikir bahwa pendidik selalu mengembangkan inovasi baru.
Maka muncullah kurikulum terintegrasi (integrated curriculum), metode
mengajar yag berpusat pada siswa (student centered teaching method),
pengajaran atas dasar kemampuan dan minat individu (individualized
instruction), dan sekolah alternatif.
D.
Perbandingan Pendidikan Vokasi Antara Indonesia dengan Singapore
Tanpa mengesampingkan arti penting pendidikan liberal, pendidikan vokasi
pada umumnya serta khususnya pendidikan vokasi pada tingkat menengah yang
disebut dengan pendidikan kejuruan yang memiliki peranan sangat besar, kemudian dan segi berikut akan dijelaskan
mengenai perbedaan pendidikan vokasi negara Indonesia dengan Singapore.
Negara Indonesia masih berada dibawah Singapura yang sudah fokus pada
kemampuan perbaikan pendidikan dan teknologi pengembangan generasi tekun. Karakteristik
negara ini adalah technology intensive.
Singapura satu-satunya negara yang telah memiliki fokus pengembangan pendidikan
baru yang terarah. Singapura menghabiskan uang yang sangat besar untuk membiayai
pendidikan di bidang teknologi dan pengetahuan masa depan. Sektor-sektor yang
dijadikan konsentrasi hampir semuanya bersifat knowledge intensive. Singapura
lebih memungkinkan untuk mengembangkan pendidikan akademik yang berbasis
kejuruan serta lebih bermakna dibandingkan Indonesia. Negara Indonesia pada skill
intensive menyelenggarakan penguatan pendidikan vokasi khususnya pendidikan
kejuruan yang difokuskan pada SMK/MAK, dan training-training singkat pasca SMP
lebih tepat dibandingkan memperluas pendidikan SMA.
Di
sejumlah negara maju di belahan dunia mana pun, program vokasi merupakan
andalan. Artinya, menjadi tumpuan bagi negara itu dalam membangun sistem kerja
yang dapat sukses memasuki persaingan global. Dengan program berbasis
ketrampilan kerja dan vokasi, banyak negara berhasil membangun ekonomi mereka
dan lapangan kerja banyak diisi tenaga-tenaga vokasi berilmu pengetahuan.
Tidak
sekadar mengejar gelar, para lulusan SMK hendaknya juga memiliki proyeksi untuk
menjadikan dirinya bagian dari sumber daya manusia yang dibekali ketrampilan
terspesialisasi. Demi mendukung itu, perguruan tinggi pun dituntut untuk mampu
mendasarkan penyusunan kurikulum dan program akademiknya pada perhitungan dan
pertimbangan kompetensi kerja lulusan yang benar-benar dibutuhkan oleh pasar
kerja dan masyarakat pengguna lulusan secara luas. Tanpa mempertimbangkan
semuanya tersebut, pendidikan tinggi jalur vokasional harus dipertanyakan
kembali esensi dan substansinya.
Kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat kita untuk memajukan pendidikan
tidak jauh berbeda dengan kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh beberapa
negara di atas. Pendidikan kita juga sudah menganut karakter desentralisasi
dengan otonomi daerahnya. Kemudian Badan legislatif, yudikatif dan eksekutif
pada tingkat provinsi dan kabupaten atau kotamadya juga sudah sangat aktif
dalam proses pembuatan keputusan mengenai pendidikan. Pemerintah kita juga
mendorong guru guru untuk memperoleh pendidikan dengan program kualifikasi
pendidikan yang non sarjana untuk memperoleh pendidikan S.1 (strata sarjana).
Memberikan beasiswa bagi bagi sarjana untuk mengikuti program Magister (S.2).
Maka berbondong-bondonglah para sarjana untuk mengambil kesempatan emas ini.
Namun kemudian puluhan atau ratusan musti Drop-Out, karena terkendala
tidak mampu menulis atau menyelesaikan tesis. Sebagian kecil bisa selesai lewat
jalur non halal, menjiplak tesis, mendatangi jasa teman, atau jasa biro tesis
kalau tidak bisa harus puas dan bernostalgia ”karena pernah kuliah pada program
S.2”. Penyebab gagalnya ratusan mahasiswa pascasarjana dalam menyelesaikan
tesis (atau juga disertasi bagi mahasiswa post-graduate) karena mereka tidak
terbiasa dengan budaya membaca dan budaya menulis. Itu akibat tidak ada budaya
belajar mandiri dan berfikir kreatif serta inovatif.
Kurikulum
pendidikan kita yang populer akhir-akhir ini adalah seperti KBK (kurikulum
berbasis kompetensi) dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Kedua bentuk kurikulum kita mungkin sudah sama efektifnya dengan kurikulum
terintegrasi (integrated curriculum), metode mengajar yag berpusat
pada siswa (student centered teaching method), pengajaran atas dasar
kemampuan dan minat individu (individualized instruction), dan sekolah
alternatif yang dianut oleh negara-negara maju.
Bedanya
mungkin terletak pada bagaimana masyarakat menghargai lembaga pendidikan
tingkah menengah. Kira-kira 20 tahun lalu, masyarakat mengenal jenis-jenis
sekolah seperti ’SPG (Sekolah Pendidikan Guru), STM (Sekolah Teknologi), SMEA
(Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Ini semua adalah beberapa bentuk dari sekolah
vokasional atau kejuruan yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia dan ada
beberapa jenis vokasional yang lain. Kemudian sistem persekolah disederhanakan
maka ada sekolah SMA dan SMK (untuk sekolah Vokasional/kejuruan). Entah
bagaimana kebijakan yang dilakukan maka sekolah SMA telah menjadi begitu
populer dan begitu banyak masyarakat yang mengirim anak-anak mereka ke sekolah
SMK.
Barangkali
hal itu akibat di negeri ini terlalu menjamur sekolah SMA, tiap kecamatan
selalu ada SMA, sementara untuk SMK mungkin hanya dihitung per kabupaten.
Sebaliknya kalau di negara negara maju di Eropa, Asia dan Amerika yang banyak
betebaran adalah sekolah kejuruan. Maka sekolah vokasional, teknik dan bisnis
sangat memperoleh apresiasi dalam masyarakat. Kemudian bagaimana dengan
pendidikan untuk orang dewasa kalau di negara maju banyak orang dewasa yang
mendaftarkan diri pada adult education.
Metode
pengajaran di negara maju berkarakter ”child centered, continous progress,
team teaching, discovery method, open plan school. Metode pengajaran yang
yang popular di Indonesia adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), namun sering
diplesetkan menjadi “Catat buku sampai habis”. Plesetan ini terjadi karena
memang demikianlah kenyataan suasana mengajar pada sekolah sekolah yang jarang
terpantau oleh team penilai. Atau kalau pun banyak guru yang sudah mengetahui
tentang teknik-teknik pengajaran maka lagi-lagi teknik mengajar konvensional
lebih terasa manis bagi mereka.
Kalau
demikian kita masih mempunyai banyak pekerjaan rumah untuk membenahi
kesemrawutan pendidikan di bumi Indonesia ini. Yang kita perlukan untuk maju
dan memajukan pendidikan kita adalah tekad dan keseriusan kita sepanjang waktu.
Indonesia
|
singapura
|
|
·
pendidik hanya mengacu pada
kurikulum yang ada tanpa ada pengembangan kurikulum yang terintegrasi.
·
kalau di Indonesia, para pelajar
kurang terosebsi untuk menjadi guru, kecuali berlomba untuk memperoleh
pendidikan di universitas bergengsi di Pulau Jawa.
·
Metode pengajaran yang yang
popular di Indonesia adalah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), namun sering
diplesetkan menjadi “Catat buku sampai habis”.
|
·
pendidik selalu mengembangkan
inovasi baru dan muncullah kurikulum
yang terintegrasi, untuk sistem mengajar yang berpusat pada siswa.
·
Untuk memperoleh guru-guru yang
bermutu maka pemerintah mendorong lulusan sekolah menengah yang berbakat
untuk memasuki lembaga pendidikan guru.
·
Metode pengajaran di negara maju
berkarakter ”child centered, continous progress, team teaching, discovery
method, open plan school. (“Berpusat pada anak didik, kemajuan terus
menerus, pengajaran tim, metode penemuan, sekolah yang terbuka.”)
|
PENUTUP
Sistem
pendidikan yang berlaku di Indonesia yang diandalkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) ternyata belum sempurna. Masih banyak
kelemahan yang menjangkiti sistem pendidikan.
Oleh
karena itu perubahan terhadap sistem pendidikan perlu untuk dilakukan.
Perubahan yang dilakukan harus memperhatikan berbagai elemen yang dapat membuat
kebijakan tersebut agar tidak gagal. Sistem pendidikan yang handal akan
menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi kompetisi global yang
semakin hari semakin kompetitif. Setelah mengalami sistem pendidikan di
berbagai negara dan melihat sistem pendidikan di Indonesia, ada sejumlah
masalah yang dihadapi. Sistem pendidikan yang berlaku selama ini di Indonesia
ternyata tidak dapat menempa sumber daya manusia Indonesia yang memiliki
potensi yang tidak kalah dibanding dengan sumber daya manusia dari negara lain,
termasuk negara maju sekalipun.
Potensi
yang ada pada sumber daya manusia, tidak akan mempunyai arti yang signifikan
dan maksimal bila penempaan atas mereka melalui sistem pendidikan tidak
dilakukan secara benar.
Dapat
kita simpulkan bahwa Perbandingan sistem pendidikan di Singapura dengan
Indonesia sepertinya bagai bumi dan langit. Departemen Pendidikan Singapura
(Ministry of Education) tampaknya lebih banyak bekerja dan memberi perhatian
besar pada pengembangan pendidikan ketimbang memanfaatkan pendidikan. Melalui
peran generasi muda diharapkan ada satu visi untuk melakukan pembenahan dan
pengawalan terhadap sistem pendidikan Indonesia.
Daftar Pustaka
_________. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_vokasi.
(diakses tanggal 24-03-2011)
_________. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia.
(diakses tanggal 24-03-2011)
Sugiama, Gima A. 2008. http://www.polban.ac.id/index.php/component/content/article/41-info-poli/93-belajar-dari-kemajuan-sbm-nyp-singapore.
(diakses tanggal 24-03-2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar