1. PENGERTIAN HAKIKAT
MANUSIA
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab
atas tingkah laku intelektual dan sosial.
yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia
lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama
lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat
kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM By Ana A, Apriyati, Muhammad
& Siti Khotipah
27 Oktober 2007 — tafany
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah,
lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak
menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran
hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal
tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13,
Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang
sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah.
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan
ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara
permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa
manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka
segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa
Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut
mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan
makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut
diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan
pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia
yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya
bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu
pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur
hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang
terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia).
Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah
bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga
yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana
seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah
menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin
bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini
harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang
dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu
proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga
mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat
Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran
bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir
pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang
berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau
tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada
ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini
senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak
sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada
manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli
kimi, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat
tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa
manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran
Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata
khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang
berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau
penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau
pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah
Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun
di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu
bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau
mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah
rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara
lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila
saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah,
maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal
itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran
Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure
sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’
:91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal (
al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran
159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah
manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan
Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat
yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19
), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ),
suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain
sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat
mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya
dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali,
karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang
obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi
kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali )
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran
bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat
tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa
mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada
sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman
seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau
akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan
malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat
melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu
merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan,
karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang
tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses
penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam
ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati
makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang
menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses
dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat
dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika
ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama.
Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha
pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar
pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil
pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat
disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru
itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai
kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak
diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut,
namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat
memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat
mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan
ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (
bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia
tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan
binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih
buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat
rendah ( at-Tiin : 4 ).
Sesi pertanyaan
1. Manusia pada dasarnya diciptakan dimuka bumi ini sebagai
khalifah, apabila manusia tidak pernah menjadi pemimpin apakah menyalahkan
hakikat sebagai manusia? Dan mengapa sampai bisa orang itu mabuk atau membunuh
?( Tryan Erlangga )
2. Kenapa al-Quran tidak menjelaskan secara rinci asal-usul
kejadian manusia, tetapi al-Quran hanya menjelaskan prinsip-prinsip seperti apa
yang dijelaskan oleh al-quran tentang manusia? ( Siti Anisa )
3. Kenapa makhluk gaib memiliki kelebihan yang lain tetapi
manusia tidak bisa seperti itu ? dan apakah dajal dapat disebut sebagai
khalifah ? ( Mega Cari )
4. Kenapa zahir ayat yang menyatakan bahwa allah itu
menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin
bahwa setiap yang dikehendaki allah pasti akan terwujud seketika ? ( Rizal
Taufik )
5. Adakah ilmu selain dari ilmu Allah ? ( Rida Dwi Maharani
)
6. Apakah matematika, ilmu pengetahuan sosial, fisika
termasuk ilmu Allah ? ( Dimas Ramadani )
Jawaban
1. Sebetulnya manusia hanya meneruskan ajaran allah dan
manusia itu berada dalam posisi di tengah-tengah manusia bisa menjadi positif
dan manusia bisa menjadi negatif dan semua itu kembali pada dirinya
masing-masing, tidak ada penentuannya dan manusia sendiri yang menentukan dia
bisa menjadi pemimpin yang baik itu dengan tingkah laku dan segalanya yang dia
perlihatkan. Orang bisa jahat karena kurang keimanan dan ketakwaannya pada
allah swt.
2. Karena dalam Al-Quran hanya menjelaskan prosesnya saja,
hal tersebut bisa terungkap “ Kemudian Kami jadikan dia ( Adam ) , dan Allah
meniupkan padanya ruhNya dan Allah menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati namun sedikit sekali antara kamu bersyukur”. ( As-Sajadah
: 9 ) dan terungkap juga surat Nuh : 17, Ash-Shafaat : 11, Al-Mukminuun :
12-13, Ar-rum : 20, Ali Imran : 59, As-Sajadah : 7-9, Al-Hijr : 28, dan Al-Hajj
: 5.
3. Sebenarnya manusia itu sudah diberi kelebihan dan manusia
juga sebagai makhluk yang mulia dimata Allah dibanding dengan makhluk lainnya.
Tidak akan ada Dajal yang menjadi khalifah,karena tidak meneruskan ajaran
Allah. Dan dajjal sebagai tanda akan terjadinya kiamat kubro dan dia akan
keluar untuk menandakan akan datangnya kiamat tersebut.
4. Karena segala sesuatu yang dikehendaki Allah akan
terwujud dan terwujudnya mengalami proses. Misalnya: pertemuan antara
permatozoa dengan ovum akan menghasilkan bayi. Sebelum bayim itu lahir kedunia
mengalamin beberapa tahap atau proses seperti diberikannya ruh, dan
pembentukan-pembentukan bentuk tubuh. Dan contoh lain adalah buah mangga bisa
ada dengan cara pada pohon itu terjadi bunga dan dari bunga baru menghasilkan
buah.
5. Tidak ada ilmu selain ilmu Allah,maksudnya hanya
ilmu-ilmu yang bermanfaat dan ilmu tersebut menuju ajaran Allah Swt,oleh sebab
itu apabila ada ilmu yang menjadikan manusia jauh dari ajaran Allah maka itu
disebut bukan ilmu Allah. contohnya Animisme, Dinamisme, ilmu Santet, dan semua
ilmu sesat.
6. Termasuk apabila dengan belajar matematika, ilmu
pengetahuan sosial maupun fisika tersebut kita dapat mengenal dan mendekatkan
diri pada Allah
FILSAFAT MANUSIA; Siapakah Manusia?
6
09
2007
A. Pendahuluan
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa
arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari
kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut
manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara
keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang
lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan
berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia
juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting
psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang
menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan
teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan
melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental.
Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada
pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran
adalah berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan
rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof.
Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan
tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan
manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah
sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan
dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan
disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam
untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing
ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat
disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli
mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut
dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah
satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang
senang bermain). Manusia dalam bermaian memiliki ciri khasnya dalam suatu
kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan.
Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan untu memikat dewa-dewa dan bahkan
ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. (K. Bertens,
Panorama Filsafat Modern, 2005)
Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang
tentang kebutuhannya, binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya.
Sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan
kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkan secara langsung
bagi dirinya danketurunnya, sedangkan manusia berproduksi secara universal
bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang sesungguhnya dalam
kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari produknya dan
binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya, manusia
berproduksi mnurut berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren,
dikarenakan manusia berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam
bekerja secara bebas dan universal, bebas I dapat bekerja meskipun tidak
merasakan kebutuhan langsung, universal dikarenakan ia dapat memakai beberapa
cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak
hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan. Oleh sebab itu menurut Marx manusia
hnya terbuka pada nilai-nilai estetik dan hakekat perbedaan manusia dengan
binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan universal.(Franz Magnis Suseno,
Pemikiran Karl Marx, 1999).
Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang filsafat
yang mempersoalkan tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia
selalu mempertanyakan tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang
kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang
dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang makna hidupnya ditengan
dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah
kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat manusia merupkan pertanyaan
kuno seumur keberadaan manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak
pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas
dalam keling manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak
berubah.(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Manusia menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya
mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang
tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai
kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia. Manusi
dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk melakukan refleksi
(termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan
trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk
meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat
historis manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang
menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan
berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah juga sebaliknya
manusia diciptakan oleh sejarah. (Denis Collin, Paulo Freire Kehidupan, Karya
dan Pemikirannya, 2002).
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang
membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme, yang menccari unsur pokok
yang menentujkan yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan
materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme
yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang
keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan rohani, nyakni pandangan
pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada
dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono
dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono
pluralism yang meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang
membentuknya. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya , kan tetapi bukan berarti
bahwea ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan
eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan
itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan,
dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam,
1999)
B. Hakekat manusia
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah.
Peradaban hari ini didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan
terhadap manusia. Ada
pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah
memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika
berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati,
Paradigma Kaum Tertindas, 2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed
dan immoratal dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian
logis. Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant
yang mengatakan bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman
konkit namun secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan
moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan
manusia yang tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal
memaparkan pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan
rasionalisme. Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana
eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia
adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia berfikir dan manusia bertindak
membuktikan bahwa aku ada. Empirisme memandang ego sebagai poros
pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman yang real
adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah bagaikan pangging
teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme orang yang
tidak dapat menyangkal tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga menolak
rasionalisme ego yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum (semuanya
bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas
keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui dengan
menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa
aktivitas kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang
bergearak pada satu arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan
kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum
sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak bebas dan berkreatif. (Donny
Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001)
Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan,
diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual,
kekinian dan dinamik, dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam
perbuatan dan amalnya. Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari
pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki
kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan
perbuatannya, sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia
sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan
ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat
Islam, 1999)
Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya
tidak dapat dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu
dikaitkan dengan dunia dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat
tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya
sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam
kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia
manusia bersifat unik. Status unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia
dalam kapasistasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan
orientasi manusia terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan
otentik, dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan
manusia didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta
kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia
sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan
waktu. Manusia memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses
sejarah dengan cara untuk menjadi lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai
Alat Perlawanan, 2004)
Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis,
seperti halnya dalam proses kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis
yang penuh makna dan simbol. Kejadian manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan
atributnya, sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam dapat diredusir menjadi
rumus;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar