KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah makalah
ini terselesaikan dengan cepat dan bagus sehingga dapat bermaanfaat untuk semua
orang. Tidak lupa disampaikan banyak terima kasih pada:
1.
Dosen pembimbing
Psikologi Pendidikan Ibu Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi, yang telah membimbing serta mengarahkan
kami sehingga makalah ini dapat dibuat dan terselesaikan dengan lancar dan
cepat.
2.
Teman-teman yang
membantu baik dari segi tenaga maupun pikiran.
Dalam makalah analisa kasus anak berbakat ditinjau dari
multiple intelegensi, memang kami membuat makalah ini ditujukan untuk semua orang. Dalam hal ini
kami menjelaskan semampu kami untuk memberikan informasi sejelas mungkin pada makalah
ini. Mungkin dalam pembuatan makalah ini
ada kesalahanya kami mohon maaf karena
tak ada gading yang tak ada retaknya. Demikian pula dengan makalah yang kami
susun ini, bila terdapat kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf. Kritik dan
saran yang membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan penulisan
pemikiran kritis kami selanjutnya.
Surabaya,
26 Mei 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
Cover
Kata Pengantar
.......................................................................................................... ……
i
Daftar Isi
............................................................................................................ ……
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………………… ….. 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………….. 2
BAB
I
KASUS
v Kasus ……………………………………………………………..…………… ….. 3
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Intelegensi……………………………………………………………………….. 4
B. Analisis menurut Diferensiasi dan
Teori Intelegensi………………………… ….. 5
1. Trilogi
Intelegensi……………………………………………………………. 5
2. Teori
faktor…………………………………………………………………… 6
3. Teori
Struktural Intelektual………………………………………………….. 6
4. Teori
Kognitif………………………………………………………………… 7
5. Teori
Inteligensi ABC………………………………………………………… 7
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………………… 8
Daftar
Pustaka ………………………………………………………………........... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seseorang untuk masa
depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal dulu kecerdasan hanya ditinjau
dari aspek intelektual. Pada otak kita terdapat beberapa kecerdasan yaitu
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ).
Di Indonesia pengembangan kecerdasan
anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam berhasil itu
ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem pendidikan Indonesia
menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika (logika) dan bahasa.
Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai dari aspek tersebut.
Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih tradisional.
Setelah adanya kekeliruan di
pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak. Padahal sekolah -
sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak atau Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan tinggi. Dengan
semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat pendidikan Indonesia
semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam pendidikan
pengembangan yang tradisional.
Dengan adanya kekeliruan tentang
kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu matematika (logika) dan bahasa.
Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga meliputi beberapa aspek yang
lain yaitu kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, dan naturalis. Kreatifitas
sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah
atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur
yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Demikian juga berlaku bagi
pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan
menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah
mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Keberbakatan itu meliputi
bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam
salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol
dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin,
tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang
dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi
sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan
tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi.
Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi
yang unggul.
B.
Perumusan Masalah
1. Mengapa
perlu analisa tentang anak berbakat
2.
Jenis layanan dan kegiatan yang
bagaimana yang dapat mendukung anak berbakat
3.
Solusi, mengatasi dan penyikapa apa yang
harus dilakukan oleh anak berbakat.
C.
Tujuan Penulisan
Dengan
membuat makalah ini bertujuan untuk membimbing para pembaca untuk lebih mengerti
tentang bagamana menganalisa kasus anak berbakat ditinjau
dari multiple intelegensi, sehingga lebih bisa mengerti dan dapat
bisa menjalankan apa yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pembuatan makalah ini kami menyajikan dengan kasus serta analisanya agar lebih
bisa dipahami.
BAB II
KASUS
Leonardo Calvin, si Kecil yang Mencintai
Musik Klasik
Paling berkesan saat tampil di depan SBY
Musik klasik memang
memilki banyak penggemar. Bukan hanya mereka yang berusia dewasa. Tetapi, banyak
juga anak-anak yang mencintainya. Salah satunya Leonardo Calvin. Dia mencintai musik
klasik lewat permainan biola mulai usia lima tahun.
Dawai gesekan biola
kala membawakan lagu Allergo Con Brio milik musisi klasik ternama Ludwig Van
Beethoven terdengar syahdu dari Balai Adika Hotel Majapahit Surabaya Kamis
malam lalu (12/5). Suara merdu tersebut berasal dari permainan apik violinis
muda Surabaya Leonardo Calvin, 13.
Kelar membawakan
satu karya, giliran aplaus dari sekitar 250 orang membahana dari ruangan di
hotel bersejarah tersebut. Mereka hadir untuk menyaksikan pertunjukan music bertaraf
nasional dari violinis peraih beberapa penghargaan, salah satunya dari Muri
(Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2006, itu.
“Ini merupakan
konser tunggal perdana dari Calvin yang bertujuan menghibur dan memberikan
informasi kepada masyarakat bahwa bermusik itu tidak harus berusia dewasa. Bisa
dipupuk sejak kecil”, kata pemerhati musik klasik yang juga guru Calvin,
Shienny Kurniawati.
Mengangkat tema Me and My Violin, konser
tersebut ingin menonjolkan sisi klasik pergelaran seni. “Maka, untuk memperlihatkan kesan klasik ini, kami sengaja
mengadakan acara di Hotel Majaphit yang memang kesan klasiknya sangat kental
terasa, “ jelasnya.
Selain karya
Beethoven, total acara yang berlangsung selama 1,5 jam itu membawakan beberapa
karya musisi klasik kelas dunia lainnya. Di antaranya dari Pablo de Sarate,
Giuseppe Tartini, Guo Quan Li, dan Jaya Suprana.
Calvin tampil
antusias dalam konser tunggal perdananya itu. Tidak kurang dari tiga ja dalam
sehari dia khususkan untuk beratih.”saya sangat bersemangat. Ini salah satu
persembahan bagi Papa dan Mama yang selama ini sudah mendukung saya,” jelas
putra pasangan Ninik Mariani dan Harry Santoso itu.
Ninik Mariani
mengatakan, anaknya yang saat ini menempuh pendidikan di SMP Cita Hati itu
mulai jatuh cinta dengan music klasik sejak kecil. Sebab, bersama sang suami,
Mariani sering memutar musik klasik. Baik saat di rumah maupun di mobil.
“Kebetulan telinga
kanan anak saya agak terganggu. Nah, disarankan oleh seorang teman untuk
dibiasakan memutar lagu klasik. Ternyata, memang betul. Saat ini, pendengaran
Calvin mulai mambaik,” jelas Mariani.
Mariani menyatakan
sangat bangga dengan beragam prestasi yang sudah diraih anaknya. “tapi, yang
paling berkesan adalah ketika Calvin tampil di depan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono saat puncak perinagatan Hari Koperasi di Surabaya tahun 2010,”
ujarnya yang disambut tawa riang sang anak. (*/c6/tia)
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Intelegensi
Inteligensi berasal dari bahasa Latin yaitu intelligentia yang berarti
kekuatan akal manusia. Terdapat beragam definisi inteligensi yang seringkali
mengartikannya sebagai kecerdasan, kepandaian, ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Inteligensi merupakan status mental yang
tidak memerlukan definisi, sedangkan perilaku inteligentif lebih konkrit
batasan dan ciri-cirinya, sehingga lebih bermanfaat untuk dipelajari.
Inteligensi bisa diartikan sebagai salah satu kemampuan mental, pikiran, atau
intelektual manusia, dan bagian dari proses–proses kognitif pada urutan yang
lebih tinggi (high cognition level).
Pada anak usia 3-4 tahun ada tanda-tanda pada bakat
musik, melukis, ritmik dan berbagai bentuk seni lainnya. Contohnya Calvin
yang mempunyai bakat bermain musik
klasik dengan alat musik biola, dia mampu memainkan dengan nada yang benar,
mampu bermain di konser yang megah pada usia 13. Tanda-tanda lain keberbakatan
dini adalah memiliki selera humor pada usia 2 tahun dimana tidak akan marah
jika diolok olok tetapi malah akan mampu berbalik meledek orang lain. Calvin
memiliki bakat bermusik karena orangtua Calvin srering mendengarkan musik
klasik pada saat dirumah tau di mobil. Cara seperti ini dapat menstimulus agar
terdorong untuk menonjolkan bakat yang dimilki.
B. Analisis menurut Diferensiasi dan Teori Inteligensi
1. Trilogi
Inteligensi
Konsep trilogi inteligensi
mengemukakan bahwa ada tiga jenis kecerdasan yang integral yaitu: (a)
Kecerdasan intelektual (IQ), (b) Kecerdasan emosional (EQ), dan (c) Kecerdasan
spiritual (SQ).
a)
Calvin mempunyai kecerdasan intelektual yaitu kemampuan
pengetahuan praktis, daya ingat (memori), daya nalar (reasoning). Karena pada
saat mendengarkan music klasik dan saat berlatih, Calvin mempunyai memori untuk
mengingat nada untuk memainkan music klasik tersebut.
b)
Calvin kurang mempunyai kecerdasan emosional karena
kurang mampu mengendalikan diri ketika tampil di depan Presiden namun mempunyai
motivasi diri yaitu ketika berlatih sehari 3 jam.
c)
Pada kecerdasan spiritual adalah tanggung jawab
orangtua Calvin sehingga Calvin merasa sebagai satu pribadi yang utuh secara
intelektual, emosional, dan spiritual dalam bermain music atau yang lainnya.
2. Teori
Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman. Beliau mengembangkan teori dua
faktor dalam kemampuan mental manusia, yaitu :
a)
Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum). Faktor G
berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas–tugas secara
umum. Pada saat berlatih, Calvin mampu menyelesaikan apa yang diajrkan oleh
gurunya semisal ada lagu baru yang harus dimainkan.
b)
Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus). Faktor S
berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara
khusus. Pada saat berlatih, Calvin mempunyai kemampuan tugas khusu missal
berupa tangga nada yang sangat rumit
oleh guru pengajarnya.
3. Teori
Struktural Intelektual
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, yang menyatakan bahwa tiap-tiap
kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktivitas mental atau
pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product).
Pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan yaitu pada saat orangtua Calvin
memutar music klasik, Calvin mencari tahu informasi yang muncul secara langsung
dari stimulasi yang diterina oleh sistem pendengaran (telinga).
4. Teori
Kognitif
Inteligensi dapat dianalisis kedalam komponen yang dapat membantu
seseorang untuk memecahkan masalah seperti
pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan yaitu pada saat orangtua
Calvin yang sering memperdengarkan music klasik, Calvin mencari tahu informasi
yang muncul informasi yang baru dan penyimpanannya dalam ingatan.
5. Teori
Inteligensi ABC
a)
Inteligensi A, biasa disebut sebagai the gentophype of
intelligence, yaitu potensi bawaan yang berada di gen yang tidak bisa diukur
dan tidak bisa diobeservasi. Pada kasus Bab II, Calvin kemampuan yang dimilki
oleh Calvin adalah bukan dari Gen melainkan dari stimulus orangtuanya yang
sering mendengarkan music klasik.
b)
Inteligensi B, yaitu yang biasa disebut sebagai the
phenothype of intelligence, merupakan bentuk inteligensi yang dapat diamati
sehari-hari. Ini merupakan hasil interaksi antara genetik dan lingkungan (pengasuhan,
pendidikan, dan budaya). Pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan dalam bereaksi terhadap sitimulus dari
lingkungannya.seperti pada saat orangtuanya mendengarkan music klasik di rumah
atupun di mobil dan hasilnya dapat dilihat juga dalam prestasi yaitu Calvin
dapat mendapatkan rekor dari Muri (museum Rekor Indonesia).
c)
Inteligensi C, merupakan inteligensi yang diukur
melalui tes inteligensi, misalnya IQ tes. Artinya inteligensi bentuk ini
merupakan inteligensi yang terukur dengan sebuah tes. Pada Intelegensi C, Calvin perlu dites
agar dapat menjelaskan inteligensi B dan
setidaknya juga mampu memberikan gambaran tentang situasi genetiknya
(inteligensi A).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Definisi
dari inteligensi adalah sebagai kecerdasan, kepandaian, ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi.
2) Untuk
menganalisis kasus pada Bab II penyaji makalah memakai Analisis menurut
Diferensiasi dan Teori Intelegensi yaitu :
a) Trilogi
IntelegensiTeori faktor
b) Teori
Struktural Intelektual
c) Teori
Kognitif
d) Teori
Inteligensi ABC
3) Pada
Bab II, Calvin adalah anak yang berbakat. Dia bias bermain music klasik karena
setiap dirumah atau dimobil Calvin selalu distimulus oleh orantua yaitu dengan
memperdengarkan lagu klasik hingga Calvin suka bermain music klasik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Panji Dwi. 2011. Jawa Pos, Metropolis hal
30. Minggu 15 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar